Senin, 22 Desember 2008

Hasil Rakerwil Sumatera

Hasil Rakerwil Sumatera

Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Seluruh Indonesia

(Lampung, 29 – 30 November & I desember 2008)


Pendidikan merupakan ujung tombak maju mundurnya sebuah bangsa. Di balik bangkitnya sebuah peradaban, pendidikan adalah kuncinya. Tidak diragukan lagi, pendidikan merupakan elan vital yang sangat berpotensi mempersembahkan negara yang makmur dan sejahtera.


Indonesia kemudian bahkan menempatkan pendidikan melalui mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi cita – cita utama pada konstitusinya. Hal ini lah yang kemudian menginspirasi IMAKIPSI (Ikatan Mahasiswa Seluruh Indonesia) menempatkan visinya sebagai sebuah organisasi yang mencoba mengembalikan pendidikan pada hakikat yang sebenarnya.


IMAKIPSI merupakan perwujudan wadah perjuangan mahasiswa pendidikan dalam upaya mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik. IMAKIPSI terbagi ke dalam 4 wilayah yang dikoordinatori oleh seorang Sekjen (Sekretaris Jenderal) yang membawahi wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur dengan masing – masing wakasekjen (wakil sekretaris jenderal) sebagai fungsi pengatur masing – masing wilayah.


IMAKIPSI Sumatera yang sebelumnya telah melakukan Musyawarah wilayah untuk memilih Koordinator Wilayah pada tanggal 27 – 29 Juli 2008 di Palembang kemudian mengadakan sebuah Rapat Kerja Wilayah di Universitas Lampung (Wisma Semergo) pada tanggal 29 – 30 & 1 Desember 2008 guna merumuskan dan membahas program – program pendidikan IMAKIPSI Sumatera dalam satu kepengurusan kedepannya. Adapun hasil dari Rapat Kerja Wilayah tersebut adalah sebagai berikut:


Pembentukan Struktur KepengurusanWilayah:


Korwil : Antomi Saregar (UNILA)

Wakorwil I : M. Thoyib (UMN SUMUT)

Wakorwil II : Baitur Rahmad Isman (UNP)

Wakorwil III : Ardiansyah (UNSRI)

Bendahara Umum : Sherly Fatmayanti (UNILA)


Pembahasan Isu Strategis pendidikan

Isu strategis ini merupakan turunan dari visi IMAKIPSI, yang juga merujuk pada hasil Rakernas IMAKIPSI pusat yang berfokus pada: Pencerdasan Kehidupan bangsa, dan menolak Kapitalisasi pendidikan. Akhirnya IMAKIPSI Sumatera menghasilkan sebuah fokus kerja wilayah dibidang:

  1. Pengawalan Implementasi Anggaran Pendidikan 20 % di setiap daerah.

Tujuan : Terwujudnya implementasi 20% dan ketepatan pos anggaran pendidikan

dengan alokasi 20% tersebut.

Penyiapan :

          • Data (Info) mengenai Anggaran Pendidikan 20%
          • Kualitas SDM IMAKIPSI

Pelaksanaan :

          • Audiensi ( maximal 1 minggu setelah rakerwil oleh masing – masing daerah).
          • Diklat/Seminar yang membahas masalah anggaran pendidikan 20% sebagai wahana pencerdasan masyarakat dan fungsi kontrol sosial mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah.
  1. Pengawalan Kebijakan Ujian Nasional ( UN Watch)

Tujuan : Dalam upaya menyikapi pro – kontra di sekitar pelaksanaan Ujian Nasional

Training Advokasi Pendidikan/Legal Drafting (Wakorwil II: Bagian Tengah)

Kerjasama dengan elemen lain.

Ujian Nasional (efektifitas, kecurangan – kecurangan, dll), maka dirasa perlu untuk mengawal kebijakan Ujian Nasional disetiap daerah.

Penyiapan :

          • Infrastruktur Imakipsi

Pelaksanaan :

          • Audiensi Pada Pihak Terkait (maximal 1 minggu)
          • Seminar (Universitas Muslim Nusantara Sumut)
          • Kerjasama dengan elemen lain


Demikian hasil Rapat Kerja Wilayah IMAKIPSI Sumatera untuk dilaksanakan dengan sebaik – baiknya.

Bandar Lampung, 1 Desember 2008

Koordinator Wilayah Sumatera


Antomi Saregar

Maksimalkan Pendidikan Alternatif

Pendidikan sangat penting bagi penerus bangsa, karena tanpa pendidikan seseorang tidak akan bisa mendapatkan ilmu yang lebih. Pendidikan bisa kita capai di sekolah misalnya, dimulai dari TK , SD , SMP, SMA. Bahkan kalau suatu keluarga bisa menyekolahkan anaknya lebih tinggi, anak tersebut bisa menduduki S1. Tapi untuk mencapai pendidikan ini sangat susah yaitu butuh materi, minat belajar, dan kedisiplinan dalam diri pelajar.

Tetapi, sebagian besar dari anak usia sekolah di negara kita tidak mengecap pendidikan yang formal. Walaupun sudah banyak bantuan dari pemerintah, tapi semua itu belum juga bisa menjadikan anak-anak Indonesia 100% telah mengecap pendidikan secara formal.

Pendidikan yang banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia di sekolah. Karena sekolah adalah tumpuan pertama mencapai pendidikan yang formal. Tetapi ada juga masyarakat yang menganggap sekolah kurang aman dalam mencapai pendidikan. Oleh sebab itu, mereka mendatangkan guru ke rumah mereka untuk mengajarkan anak-anak mereka. Itulah yang disebut dengan Homeschooling. Tetapi Homeschooling ini tidak menjamin seorang anak menjadi lebih baik. Mungkin dalam belajar anak tersebut bisa menguasai pelajaran tetapi dalam pergaulan, apakah anak tersebut merasakan senang, bahagia, tenang, atau sebaliknya?

Pergaulan atau sosialisasi didalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah ternyata berdampak pada perkembangan anak.

Salah satu masalah yang paling banyak dikhawatirkan orang tua kalau anaknya Homeschooling itu tidak gaul, tidak punya teman, terpenjara di rumah dan tidak mampu berorganisasi, setelah mereka besar nanti.

Menurut pendapat saya, kalau orang tua takut memilih Homeschooling bagi anak-anaknya, hanya karena alasan sosialisasi itu terlalu berlebihan. Kemampuan ini selalu bisa dibangun dan dikembangkan bahkan by desain. Kecerdasan interpersonal anak memang harus selalu kita kembangkan. Akan tetapi bukan asal-asalan, atau membiarkannya saja dengan asumsi “mereka bisa dan berkembang dengan sendiri”. Tidak!

Anak-anak Homeschooling biasanya juga punya komunitas terbatas. Setiap minggu atau setiap bulan mereka berkumpul “belajar bersama”. Dalam acara itu mereka bisa belajar secara khusus bagaimana bekerjasama, memimpin, berkomunikasi, bersikap sopan, santun dalam berbahasa.

Selain itu anak-anak juga bisa les atau ikut kursus-kursus keterampilan sesuai minat dan bakat mereka. Les musik misalnya atau les bahasa inggris. Disana mereka juga akan melihat berbagai karakter orang lain dan jangan lupa ajarkan mereka bagaimana menghadapinya.

Sosialisasi sangat berdampak pada perkembangan anak. Pengaruh yang paling terlihat adalah bahasa dan sikap. Saat anak-anak bergaul dengan teman-teman yang biasa berkata baik, bahasa mereka biasanya terbentuk menjadi baik, namun bersiaplah saat anak-anak bergaul dengan teman yang biasa berkata kotor dan kasar, mereka pun berpotensi untuk terbiasa berkata-kata yang sama. Karena itu memilihkan lingkungan sosial yang sehat adalah tugas berat bagi orang tua masa kini. Karakter dan bahasa negatif tersebar terlalu merata. Televisi, keluarga besar, tetangga, kampung, dan bahkan sekolah pun tidak menjamin bebas dari bahasa-bahasa negatif.

Sudah terlanjur masyarakat menganggap, bahwa pendidikan itu mesti dilakukan disebuah lembaga formal seperti halnya sekolah. Sementara itu, serangkaian persoalan klise berkaitan dengan sekolah, seperti gedung yang ambruk, kelas yang rusak, SPP yang mahal, DSP yang membengkak, gurunya kurang dan banyak persoalan lainnya. Sampai saat ini masih sulit untuk dituntaskan..

Mayoritas berujung pada persoalan dana, sementara disisi lain sektor pendidikan disinyalir merupakan tempat rawan penyelewengan dana.

Memang ironis dan menyedihkan. Jika pendidikan bertujuan untuk menghilangkan kualitas manusia, sehingga tercipta masyarakat yang positif, produktif, dan bertaqwa maka dunia pendidikan di negeri kita nampaknya jauh meninggalkan tujuan itu..

Imam Gazali dalam bukunya Ayyuhal Walad, menetapkan makna pendidikan (tarbiyah) itu, bagaikan seorang petani yang tengah mencabut duri dan membuang tanaman asing yang mengganggu diantara tumbuhan yang ia tanam, agar tanaman itu tumbuh dan berkembang dengan baik.

Kapitalisme secara berangsur-angsur memang telah berhasil membumbui hampir semua sisi kehidupan dengan tujuan-tujuan materil, tak terkecuali bidang pendidikan. Sementara itu, berbicara penyelesaian masalah pendidikan yang kompleks, kunci satu-satunya justru adalah kepedulian, dan itu jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip kapitalisme.


Nama : Nasri Mega

NIM/ BP : 00095/08

Jurusan : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Kasus Kecurangan Pendidikan

Setiap tahun kegiatan Ujian Nasional (UN) selalu menjadi pokok bahasan ramai, masalah-masalah yang muncul diantaranya : Soal bocor, perjokian, Anggaran UN, Kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan UN.

Demi untuk menjaga nama baik (ditingkat sekolah, suku dinas/Kabupaten/Kota Madya bahkan sampai Dinasnya/Propinsi), demi untuk menaikan atau menjaga tingkat kelulusan di sekolahnya atau demi-demi yang lainnya kecurangan dilakukan, Apa sajakah kecurangan-kecurangan yang dilakukan pada Ujian Nasional ?

1. Penggunaan jaringan komunikasi (telepon seluler),

(Kirim & terima jawaban melalui sms)

2. Penggunaan soal sisa,

(Soal sisa digunakan oleh guru dari sekolah yang bersangkutan yang tidak dikirim untuk menjadi pengawas silang spesial untuk guru yang mata pelajarannya sedang di ujikan/tim sukses sekolah untuk mencari jawaban yang kemudian jawabannya diberikan kepada siswa (diberikan dikelas dalam kertas kecil, disuruh diambil di wc (siswa pura-pura ke wc) atau dapat juga di isikan ke LJK siswa setelah selesai sebelum dimasukan ke Amplop dan dilem, mungkin bisa juga diisikan pada LJK kosong yang tersedia, dll.

3. Pengeleman Amplop Lembar Jawaban Komputer di luar ruangan kelas (di ruang panitia sekolah),

(Pengeleman dilakukan setelah LJK diperbaiki atau bahkan setelah ditukar dengan LJK yang diisikan oleh panitia khusus dari sekolah yang berbuat curang).

4. Proses Pengepakan Soal.

Pewacana :

Nama : EVO MARDILA

NIM/ BP : 84598 / 2007

Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Komentar :

Pada dasarnya, iptek merupakan media yang sangat berguna dan membantu dalam kehidupan bahkan dapat memperlancar pendidikan. Suatu pendidikan dapat dikatakan tidak ketinggalan zaman apabila bisa menguasai teknologi, karena teknologi merupakan salah satu tujuan pendidikan, teknologi juga dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan kontribusi yang positif dalam pendidikan. Internet dapat digunakan oleh pelajar untuk mencari tugas tanpa harus keperpustakaan. Hampir setiap sekolah sudah menerapkan didalam kurikulum sekolahnya tentang pembelajaran computer.

Hampir setiap siswa SMA dan SMP bahkan SD sudah bias menikmati kecanggihan teknologi, seperti halnya HP. Komputer dan HP bias menghilangkan rentang jarak dan waktu yang amat jauh(dunia tanpa batas), dulu untuk mengirim surat butuh bantuan pak pos dan menunggu balasannnya sekian hari, tapi sekarang dengan kecanggihan teknologi dengan rentang waktu yang singkatdan pada saat itu juga kita bias mengetahui kabar seseorang dan dapat pula melihat orang tersebut dengan teknologi 3G pada HP.

Dengan kecanggihan itu juga para konsumen teknologi dapat merusak citra pendidikan seperti kasus di atas. Dimana dengan teknologi guru dapat dengan mudahnya mengirim jawaban kepada siswa tanpa diketahui pengawas, dan siswa dapat pula meminta pertolongan kepada guru. Dengan penyalahgunaan teknologi ini, dapat menyebabkan efek malas, sekaligus guru menmperbodoh generasi demi kepentingan gengsi sekolah.

Perilaku guru seperti itu tidak memiliki kode etik karena dapat merusak sistim pendidikan di sekolah, guru tidak lagi mengindahkan tujuan pendidikan, yang mana tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan kasus itu guru telah menyalahi tujuan pendidikan sehingga para siswa tidak dapat berkompetisi pada masa depan. Jika siswa tidak dapat berkompetisi dimasa depan maka akan banyak lulusan sekolah yang menjadi pengangguran sehingga mereka tidak dapat berperan dalam pembangunan bangsa yang cerdas.

Beberapa solusi bagi permasalahan ini :

1. Guru harus menyadari dan mengindahkan kode etik yang telah dipedomaninya.

2. pengoptomalan waktu belajar bagi siswa.

3. Sekolah dan masyarakat menyediakan sarana dan prasarana pendidikan

4. Seharusnya dalam UN para siswa tidak diperbolehkan membawa HP atau alat Bantu komunikasi lainnya.

5. Memaksimalkan pengawasan ketika UN dan tidak memperbolehkan orang yang tidak berkepentingan berada disekitar lokasi pelaksanaan UN.


Malaysia Gratiskan Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah.

ANTARA News - Negara tetangga Malaysia pada tahun ini telah menggratiskan biaya pendidikan untuk sekolah dasar hingga menengah.

"Kebijakan Pemerintah Malaysia menyelenggarakan pendidikan gratis dari sekolah rendah hingga menengah sudah lama direncanakan sejak beberapa tahun lalu," kata Direktur Promosi Pendidikan Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia, Darsam Daud, di Bandarlampung, Kamis.

Ia menyebutkan, dengan keputusan menggratiskan biaya pendidikan dasar dan menengah itu, maka tidak ada alasan lagi bagi anak usia sekolah terutama bagi kaum miskin di Malaysia tidak bersekolah.

Menurut dia, meski pada awal pendaftaran orangtua murid berdasarkan kesepakan dengan guru membayar sekitar Rp250 ribu per tahun jika dirupiahkan, namun hingga setahun pendidikan tidak dipungut biaya apapun termasuk membeli buku teks pelajaran.

"Buku teks dipinjamkan dalam setahun oleh sekolah untuk semua murid, tetapi jika ada orangtua murid yang ingin membeli buku pelajaran itu dipersilakan," kata dia lagi.

Uang Rp250 ribu, ujar dia, dipergunakan untuk melaksanakan kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler.

Pendidikan dasar di negeri jiran itu selama enam tahun, sedangkan pendidikan menengah selama lima tahun yang terdiri atas tiga tahun menengah rendah, dan dua tahun menengah atas.

"Secara total 11 tahun pendidikan adalah bebas biaya," kata dia menambahkan pula.

Usia untuk masuk pendidikan dasar adalah tujuh tahun. Pendidikan dasar diwajibkan untuk semua anak-anak yang berumur antara tujuh sampai 12 tahun.

Ia menyebutkan pula, para pelajar diwajibkan mengikuti ujian negara pada tahun terakhir pendidikan dasar, menengah rendah, dan menengah tinggi.

"Anggaran pendidikan di Malaysia sekitar 30 persen dari anggaran pendapatan negara, sehingga dapat menggratiskan biaya pendidikan dasar dan menengah," kata dia tanpa menyebutkan berapa besar pendapatan negara Malaysia itu.
(*)

Pewacana :

Nama : Pipit Firmanti
BP/NIM : 2008/01770

Jurusan : Matematika

Komentar :

Setidaknya bangsa dapat mencontoh kearah yang lebih baik, termasuk bidang pendidikan. Malaysia sebagai salah satu Negara yang sudah lebih maju telah mampu menganggarkan dananya sebanyak 30% dari anggaran pendapatan Negara. Sementara Indonesia baru 20%. Ini bukanlah sebuah permasalahan, jikalau Indonesia bisa memanfaatkan anggaran tersebut tepat sasaran. Sebagai awal yang baik, kita harus punya perencanaan yang baik pula, jangan sampai anggaran tersebut nantinya ada yang dikembalikan, padahal permasalahan pendidikan di Indonesia belum teratasi.

Sudah kewajiban Negaralah untuk dapat memenuhi hak warganegaranya dalam memenuhi hak untuk memeperoleh pendidikan. Malaysia sudah mampu menggratiskan biaya pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Lalu bagaimana dengan Indonesia ???? Seandainya saja pemerataan pendidikan dapat terlaksana di Indonesia , mungkin tidaka akan ada lagi, anak-anak bangsa yang cerdas yang tidak dapat melanjutkan pedidikannya hanya karna kekurangan biaya pendidikan.. Padahal mereka adalah aset bangsa yang harus dikembangkan dengan baik karena potensi yang ada dalam diri merekalah nantinya yang akan membawa kemajuan bangsa ini. Kemudian kita juga pernah mendengar kasus adanya karya anak bangsa yang dibiayai oleh Negara luar sehingga karyanya menjadi milik Negara tersebut. Lalu dimanakah Indonesia kini?

Bangsa ini harus mampu melihat potensi-potensi itu, sebelum diambil oleh Negara luar. Dengan adanya biaya pendidikan penulis rasa kita dapat kembali menyekolahkan putra-putri terbaik bangsa ini, hingga akhirnya mereka dapat membangun bangsa ini. Atau kita dapat membiayai proyek hasil pemikiran anak bangsa, hingga akhirnya didapatkan sebuah penemuan atau inovasi baru yang berguna bagi masyarakat luas. Jadi pengelolaan dan perencanaan yang tepat tentang anggaran pendidikan tersebut menentukan perkembangan pendidikan di Indonesia selanjutnya.

Share Multidimensi Pendidikan kita

Pada laman ini dan kedepannya akan dimunculkan beberapa isu pendidikan yang sangat perlu untuk senantiasa kita kaji bersama.

...

Laman ini akan diisi oleh beberapa teman-teman mahasiswa UNP yang mengambil mata kuliah Pengantar Pendidikan, kedepan diharapkan partisipasi dari khalayak semuanya *-*